Scroll untuk baca artikel

POJOK OPINI

“Cuma Telepon Biasa?” Waspadai Vishing, Penipuan Bermodus Suara Ramah

×

“Cuma Telepon Biasa?” Waspadai Vishing, Penipuan Bermodus Suara Ramah

Sebarkan artikel ini

KABAMINANG.com “Selamat siang, kami dari pihak bank. Ada transaksi tidak wajar di rekening Anda. Kami butuh konfirmasi data agar bisa segera diblokir.”

Bagi sebagian orang, panggilan semacam ini terdengar biasa. Tapi siapa sangka, kalimat pembuka yang terdengar profesional dan penuh kepedulian itu bisa menjadi awal dari petaka: tabungan lenyap, identitas dicuri, dan rasa aman runtuh. Itulah vishing, salah satu bentuk penipuan modern yang kini makin marak, diam-diam menebar ancaman di balik suara yang terdengar bersahabat.

Apa Itu Vishing?

Vishing merupakan singkatan dari “voice phishing”, yaitu praktik penipuan yang memanfaatkan panggilan telepon atau komunikasi suara lainnya untuk mendapatkan informasi sensitif. Pelaku vishing biasanya berpura-pura menjadi pihak yang dipercaya seperti pegawai bank, petugas pajak, polisi, atau bahkan keluarga korban sendiri.

Berbeda dari phishing melalui email atau SMS, vishing menyerang sisi emosional korban secara langsung. Dengan suara yang terdengar meyakinkan, korban digiring untuk memberikan informasi seperti PIN, kode OTP, nomor kartu kredit, hingga akses login ke akun pribadi.

Modusnya Tidak Lagi Sederhana

Seiring berkembangnya teknologi, modus vishing juga semakin variatif dan canggih. Berikut beberapa modus umum yang kerap digunakan pelaku:

Pura-pura dari pihak bank
Pelaku menyampaikan bahwa ada transaksi mencurigakan dan meminta konfirmasi data pribadi. Terkadang mereka bahkan menyebutkan sebagian data yang memang valid agar lebih meyakinkan.

Kode OTP jebakan
Korban diminta memberikan kode OTP yang masuk ke ponsel mereka. Padahal kode itu digunakan untuk membobol akun, bukan untuk “verifikasi”.

Kabar darurat dari keluarga
Mengaku sebagai rumah sakit atau polisi, pelaku menyampaikan bahwa anggota keluarga korban mengalami kecelakaan dan membutuhkan dana segera.

Hadiah dan undian palsu
Korban diberi tahu memenangkan hadiah besar, namun harus mengirimkan “biaya administrasi” terlebih dahulu.

Robocall (panggilan suara otomatis)
Dengan menggunakan mesin dan rekaman suara, pelaku menghubungi korban secara massal dan memberikan instruksi otomatis untuk menekan tombol tertentu.

Mengapa Banyak yang Tertipu?

Penipuan vishing tidak selalu menyasar mereka yang gagap teknologi. Bahkan orang muda, berpendidikan, dan paham digital pun tetap bisa menjadi korban. Ini karena vishing memanfaatkan celah psikologis, bukan teknis.

Penelepon menyasar emosi korban, seperti rasa takut, panik, atau bahkan senang yang berlebihan. Mereka berbicara dengan penuh tekanan, terburu-buru, atau mengancam jika korban tidak segera merespons. Korban yang tidak siap, apalagi berada dalam kondisi emosional, lebih mudah terpancing dan akhirnya memberikan data pribadi.

Kasus Semakin Banyak, Korban Semakin Diam

Banyak kasus vishing tidak dilaporkan karena rasa malu atau takut disalahkan. Beberapa korban bahkan menganggap kejadian tersebut sebagai “kesalahan sendiri”, padahal penipuan ini merupakan bagian dari kejahatan siber yang sangat terorganisir.

Di Indonesia, laporan kasus vishing meningkat beberapa tahun terakhir. Sayangnya, pelacakan terhadap pelaku masih sulit karena banyak dari mereka menggunakan nomor palsu, identitas palsu, dan berpindah-pindah lokasi.

Ciri-Ciri Panggilan Vishing

Agar lebih waspada, kenali beberapa tanda umum panggilan vishing berikut:

Nomor telepon tidak dikenal atau mencurigakan

Nada bicara tergesa-gesa atau mengancam

Mengaku dari instansi resmi tapi sulit diverifikasi

Meminta informasi pribadi atau rahasia

Tidak memberikan waktu berpikir atau verifikasi

Menolak diajak bicara lewat jalur resmi atau kantor fisik

Cara Melindungi Diri

Menghindari vishing bukan hal sulit, tapi perlu kewaspadaan tinggi. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan:

1. Jangan pernah memberikan data pribadi melalui telepon, terutama jika Anda tidak menghubungi pihak tersebut lebih dulu.

2. Jangan sebutkan kode OTP, PIN, atau password kepada siapa pun, termasuk yang mengaku dari bank.

3. Verifikasi setiap informasi, hubungi langsung pihak resmi lewat nomor kontak yang Anda temukan sendiri, bukan dari penelepon.

4. Gunakan aplikasi pemblokir panggilan, banyak aplikasi kini bisa menandai nomor-nomor penipuan.

5. Edukasi keluarga dan rekan agar tidak mudah percaya pada telepon dengan nada darurat atau menggiurkan.

Penutup: Jangan Tertipu Suara

Zaman berubah, penipuan pun berevolusi. Jika dulu penipu datang mengetuk pintu, kini mereka masuk lewat panggilan telepon yang terdengar ramah dan sopan. Jangan biarkan suara lembut menjebak Anda.

Satu hal yang perlu diingat: instansi resmi tidak akan meminta data sensitif lewat telepon. Dan jika Anda ragu—lebih baik curiga daripada jadi korban.

Saat telepon berdering dan suara di ujung sana mulai berkata, “Selamat siang, kami dari…” pastikan Anda tahu siapa yang sebenarnya bicara.
(TKB/Phyton3)