KABAMINANG.com – N’DJAMENA, 19 November 2025, Krisis kemanusiaan di perbatasan Sudan dan Chad kian memburuk seiring tak kunjung redanya perang saudara di Sudan.
Ribuan warga Sudan terus menyeberang ke Chad setiap minggunya, mencari perlindungan di tengah konflik brutal antara Tentara Nasional Sudan (SAF) dan milisi paramiliter Rapid Support Forces (RSF) yang telah menelan banyak korban sejak April 2023.
500.000 Lebih Pengungsi, Krisis Makanan dan Kesehatan Mengancam
Menurut laporan terbaru dari Al Jazeera English yang diunggah pada 18 November 2025, lebih dari 500.000 pengungsi Sudan kini telah memenuhi berbagai kamp darurat di Chad timur, khususnya di wilayah Ouaddai. Setiap hari, ratusan orang tiba dalam kondisi lemah, banyak di antaranya kehilangan anggota keluarga, menderita kelaparan, atau sakit akibat perjalanan panjang melintasi gurun.
“Anak-anak saya lapar dan kami tak punya apa-apa. Suami saya tewas saat rumah kami diserang. Kini saya harus membesarkan anak-anak sendirian di tenda,” tutur Aisha, seorang ibu pengungsi di Kamp Arkoum, dengan suara bergetar.
Kondisi di kamp sangat memprihatinkan. Pasokan air bersih, makanan, dan fasilitas medis jauh dari cukup. Kamera Al Jazeera merekam antrean panjang pengungsi untuk mendapatkan bantuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi kemanusiaan internasional lainnya. Banyak anak-anak terlihat lemas dan menderita penyakit karena kurang gizi dan sanitasi buruk.
Read More:
- 1 Netflix Resmi Masuk Bursa Penawar Hak Siar Liga Champions Mulai 2027, Era Baru Penyiaran Sepak Bola Eropa
- 2 Presiden Prabowo Resmikan Jembatan Kabanaran, Tingkatkan Konektivitas dan Ekonomi Jawa Tengah
- 3 Erupsi Gunung Semeru, Awan Panas Meluncur Hingga Gladak Perak, Jembatan Vital Lumajang Tertutup Abu
Perang di Sudan Makin Brutal, Genosida Diduga Terjadi
Pertempuran antara SAF dan RSF di wilayah Darfur dan Sudan utara semakin sengit, dengan laporan serangan udara, pembakaran desa, serta dugaan aksi genosida terhadap kelompok-kelompok tertentu. Gencatan senjata belum tercapai, sehingga eksodus pengungsi terus berlanjut tanpa kepastian.
“Ini adalah salah satu krisis pengungsi terbesar di Afrika saat ini, namun sering terlupakan karena perhatian dunia lebih tertuju pada konflik di Gaza atau Ukraina,” ungkap seorang pejabat UNHCR .
Ia menekankan bahwa dana bantuan sangat kurang, sementara kebutuhan terus meningkat.
Respons Internasional Masih Terbatas
Pemerintah Chad dan lembaga-lembaga kemanusiaan seperti UNHCR mengaku kewalahan menangani arus pengungsi. Fasilitas yang ada tidak memadai, dan sumber daya untuk memberi makan serta layanan kesehatan sangat terbatas. UNHCR menyerukan lebih banyak dukungan global dan perhatian internasional terhadap “krisis terlupakan” di perbatasan Sudan-Chad ini.
(KBM)








