KABAMINANG.com, Dharmasraya – Pelayanan Rumah Sakit Daerah (RSUD) Sungai Dareh, pasca pergantian direktur oleh bupati beberapa bulan yang lalu, dinilai belum menunjukkan perbaikan signifikan. Sejumlah keluarga pasien mengeluhkan sulitnya mendapatkan obat di rumah sakit tersebut.
Bahkan, sejumlah pasien mengaku harus mencari obat ke salah satu klinik yang telah direkomendasikan oleh RSUD. Hal ini menjadi satu bukti bawa kesiapan rumah sakit tipe C itu, masih dipertanyakan.
Anehnya, keluhan pasien akan sulitnya mendapatkan layanan obat di RSUD seolah menjadi pemandangan yang sudah mengakar dan mentradisi.
Direktur RSUD Fitria Neza, mengakui bahwa saat ini rumah sakit tengah menghadapi masalah tunggakan dalam jumlah besar. Akibatnya, stok obat yang biasanya tersedia untuk satu bulan kini hanya disediakan untuk satu minggu.
“Untuk menyelesaikan tunggakan, kami harus mengurangi pembelian obat dalam jumlah besar. Sekarang kami prioritaskan obat obatan penting terlebih dahulu,” ujar Fitria Neza saat ditemui pada Senin (22/07/2025).
Ia menambahkan, bahwa pihak RSUD, telah berhasil membuka sejumlah blokir pengadaan obat yang selama ini menjadi momok bagi ketersediaan obat.
“Dulu sempat diblok, sehingga kami kesulitan mendapatkan pasokan obat dari pihak rekanan,” ucapnya
Read More:
- 1 Kasi PD Pontren Kemenag Kota Solok Pimpin Zikir Bersama untuk Korban Ambruknya Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo
- 2 Sambut Hari Santri Nasional 2025, Kemenag Kota Solok Gelar Gerakan "Satu Santri Satu Pohon"
- 3 Angin Kencang Porak Porandakan Kota Solok, Atap Rumah Dinas Kemenag Roboh, Segenap Fasilitas Umum Rusak Parah
Pihaknya tak menapik, walau telah berhasil membuka blok, namun ketersediaan obat bagi pasien penyakit gula dan jantung masih belum terpenuhi.
“ Kita gunakan Klinik Harapan Bunda sebagai bemper, jika habis, pasien diperbolehkan membeli obat di apotek luar, lalu mengklaim biaya obat tersebut ke RSUD,” tambah Fitria.
Namun, pernyataan tersebut bertolak belakang dengan fakta di lapangan. Sejumlah laporan masyarakat menyebutkan bahwa ada pasien yang tidak mendapatkan obat sama sekali, dan tidak semua memahami prosedur klaim yang dijelaskan pihak rumah sakit.
“Kami kecewa, orang tua saya hanya diberi resep tanpa obat. Harus cari sendiri ke luar,” ujar seorang keluarga pasien Dariono 45 tahun.
Ia menyebut kondisi ini sangat memberatkan, terutama bagi warga kurang mampu yang kesulitan membeli obat dengan harga tinggi di luar rumah sakit.
Hingga kini, belum ada kepastian kapan pelayanan akan kembali normal. Masyarakat berharap manajemen RSUD Dharmasraya segera melakukan pembenahan serius agar hak pasien tidak terus dikorbankan akibat masalah internal keuangan rumah sakit.
(NT)