KABAMINANG.com, Beijing, 25 April 2025 — Tiongkok menunjukkan ketangguhan dan strategi cerdas dalam menghadapi eskalasi perang dagang dengan Amerika Serikat. Presiden Xi Jinping mengumumkan serangkaian langkah untuk memperkuat ekonomi domestik dan mengurangi ketergantungan pada pasar luar negeri, terutama AS.
1. Strategi “Dual Circulation” untuk Ketahanan Ekonomi
Xi Jinping menekankan pentingnya strategi “dual circulation”, yang bertujuan memperkuat konsumsi domestik sambil tetap menjalin hubungan perdagangan internasional. Langkah ini mencakup peningkatan dukungan sosial, reformasi perumahan, dan investasi dalam sektor jasa untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor serta memperkuat daya tahan ekonomi dari tekanan luar negeri.
2. Tarif Balasan dan Konsultasi dengan Perusahaan AS
Sebagai respons atas tarif tinggi dari AS, Tiongkok memberlakukan tarif balasan hingga 125% terhadap berbagai produk AS. Namun, demi menjaga keberlangsungan industri dalam negeri, beberapa barang seperti semikonduktor dan alat medis diberikan pengecualian.
Lebih lanjut, pemerintah Tiongkok juga menjalin dialog langsung dengan perusahaan-perusahaan AS yang beroperasi di wilayahnya. Tujuannya: memetakan titik-titik rawan dalam rantai pasok dan menjaga kestabilan industri nasional meski hubungan dagang menegang.
3. Diversifikasi Pasar Lewat Belt and Road Initiative
Untuk menghindari terlalu bergantung pada pasar AS, Tiongkok menguatkan hubungan dengan negara-negara lain melalui program ambisius Belt and Road Initiative. Program ini membuka akses pasar baru, memperkuat posisi global Tiongkok, dan memberikan jalan keluar dari tekanan dagang tunggal dari AS.
Read More:
- 1 Kementerian ATR/BPN Bantah Hoaks: Tanah Girik, Verponding, dan Letter C Tidak Diambil Negara pada 2026
- 2 Presiden Prabowo Subianto Disambut Hangat di Jeddah, Awali Kunjungan Kenegaraan ke Arab Saudi
- 3 Presiden Pimpin Upacara Hari Bhayangkara ke-79 di Monumen Nasional
4. Leverage Strategis: Rare Earth & Obligasi AS
Tiongkok punya kartu truf: dominasi atas pasokan rare earth—material penting untuk berbagai industri teknologi. Ditambah lagi, Tiongkok adalah pemegang besar surat utang AS. Kedua aset ini digunakan sebagai alat tawar dalam meja perundingan, meski dengan hati-hati agar tak menciptakan krisis global baru.
5. Tekanan Politik: Serang Basis Pendukung Lawan
Langkah cerdik lainnya adalah menargetkan sektor ekonomi yang jadi basis pendukung lawan politik di AS, seperti industri pertanian di negara bagian yang memilih kubu lawan. Dengan cara ini, Tiongkok mencoba menekan pemerintah AS dari dalam, lewat tekanan politik domestik.
Dengan kombinasi strategi jangka pendek dan panjang ini, Tiongkok membuktikan dirinya bukan hanya sebagai raksasa ekonomi, tapi juga pemain taktis dalam percaturan global. Negeri Tirai Bambu ini tampaknya sudah siap menghadapi babak baru dalam perang dagang dunia.
(KBM)