Oleh : Ari Rafika WD, S.Pd.I
(Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat)
KABAMINANG.com – Makanan bergizi merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia, terutama pada usia pertumbuhan. Asupan gizi yang tepat berpengaruh langsung terhadap perkembangan fisik, kecerdasan, dan kesehatan mental seseorang.
Tubuh yang sehat menjadi landasan bagi berkembangnya akal yang cemerlang, sedangkan akal yang sehat akan membantu manusia berpikir jernih, cepat menangkap pelajaran, serta mampu mengambil keputusan dengan tepat.
Dengan demikian, hubungan antara makanan bergizi dan kemampuan berpikir manusia tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan.
Terdapat beberapa cara bagaimana makanan bergizi memengaruhi akal pikiran. Pertama, meningkatkan konsentrasi dan fokus.
Makanan yang mengandung omega-3, vitamin B, dan antioksidan terbukti mampu mendukung fungsi otak dalam mempertahankan fokus lebih lama. Peserta didik yang mendapatkan asupan gizi cukup umumnya lebih siap mengikuti pembelajaran, memahami materi, dan mengerjakan tugas secara optimal.
Kedua, meningkatkan memori.
Nutrisi seperti vitamin E, antioksidan, dan asam lemak omega-3 berperan menjaga kesehatan sel-sel otak sehingga memperkuat daya ingat. Kecukupan nutrisi dapat menurunkan risiko gangguan kognitif di masa depan. Dalam dunia pendidikan, kemampuan ini sangat penting karena peserta didik dituntut menyerap dan mengolah informasi setiap hari.
Ketiga, meningkatkan mood. Makanan kaya triptofan seperti ikan, telur, dan keju dapat meningkatkan produksi hormon serotonin yang berperan dalam mengatur suasana hati. Ketika mood baik, stres berkurang, dan kestabilan emosi terjaga, proses pembelajaran pun menjadi lebih efektif.
Keempat, meningkatkan energi. Tubuh membutuhkan karbohidrat kompleks, protein, dan lemak sehat sebagai bahan bakar beraktivitas. Ketika energi tubuh tercukupi, peserta didik menjadi lebih aktif, tidak mudah lelah, dan mampu berpartisipasi dalam kegiatan belajar dengan lebih optimal.
Kelima, mengurangi stres dan kecemasan. Magnesium yang terdapat dalam sayuran hijau dan kacang-kacangan membantu menenangkan sistem saraf. Di era modern yang penuh tekanan akademik maupun sosial, kecukupan asupan magnesium sangat membantu menjaga kestabilan mental peserta didik.
Contoh makanan bergizi yang mendukung kesehatan otak antara lain ikan salmon dan sarden yang kaya omega-3, sayuran hijau seperti brokoli dan bayam yang mengandung vitamin dan antioksidan, kacang-kacangan seperti almond dan kenari yang kaya lemak sehat, serta buah-buahan seperti blueberry dan stroberi yang mengandung antioksidan tinggi. Telur pun menjadi sumber protein dan kolin yang penting bagi fungsi kognitif.
Read More:
- 1 Di Balik Gemuruh Kawah Lava, Ketidakpastian, dan Manusia yang Terus Tinggal di Lereng Gunung
- 2 Cloudflare: Pilar Tak Terlihat yang Menjaga Stabilitas Dunia Digital
Melihat pentingnya nutrisi bagi perkembangan manusia, konsumsi makanan bergizi menjadi faktor penting dalam pendidikan, termasuk pendidikan Islam. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki unsur jasmani dan rohani.
Keduanya harus dijaga agar seseorang mampu menjalankan peran sebagai hamba Allah sekaligus khalifah di muka bumi. Fisik yang kuat, pikiran yang cerdas, dan jiwa yang bersih adalah fondasi untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, yakni menyempurnakan akhlak manusia. Seorang muslim yang sehat fisiknya akan lebih mudah menuntut ilmu dan memberi manfaat bagi lingkungannya.
Dalam konteks kekinian, masyarakat Indonesia sangat terbantu dengan adanya program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto. Walaupun program ini masih memerlukan pengkajian dan evaluasi mendalam, niat baik pemerintah untuk memperhatikan kebutuhan dasar rakyat patut diapresiasi.
Pendidikan Islam pun tidak pernah mengabaikan kebutuhan jasmani. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah…” (HR. Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa kekuatan fisik, mental, dan spiritual adalah satu kesatuan.
Sejarah Islam pun menegaskan pentingnya kebutuhan fisik. Pada bulan Ramadan, misalnya, ketika waktu berbuka tiba, umat Islam dianjurkan untuk makan terlebih dahulu sebelum melaksanakan salat Magrib. Ini menunjukkan bahwa Islam menempatkan kebutuhan jasmani dalam posisi yang proporsional dan tidak memisahkannya dari aktivitas ibadah.
Saat ini program MBG telah mulai dilaksanakan di berbagai sekolah di Indonesia. Dari target 31.000 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), telah berdiri 7.477 Unit yang melayani lebih dari 82 juta peserta didik pada berbagai jenjang pendidikan. SPPG ini tersebar di 38 provinsi, 509 kabupaten, dan 7.022 kecamatan. Data tersebut menunjukkan komitmen besar pemerintah dalam menyediakan akses gizi yang merata bagi anak bangsa.
Secara pribadi, program ini membawa dampak positif bagi keluarga. Jika sebelumnya istri harus menyiapkan bekal setiap pagi, kini tugas tersebut menjadi lebih ringan sehingga aktivitas pagi hari lebih tenang dan teratur. Bagi keluarga dengan anak usia sekolah, program ini tentu sangat membantu.
Agar tujuan mulia program MBG benar-benar tercapai, diperlukan perbaikan berkelanjutan. Evaluasi, pengawasan, dan peningkatan kualitas layanan harus terus dilakukan agar kendala dapat diminimalkan. Semoga program ini membawa keberkahan, meningkatkan kesehatan peserta didik, dan mendukung terwujudnya generasi Indonesia yang cerdas, kuat, dan berakhlak mulia.
( Ari Rafika WD, S.Pd.I )








