KABAMINANG.com, Dharmasraya – Dinas Pangan dan Perikanan mencatat, kebutuhan konsumsi ikan masyarakat pada tahun 2024 tercatat mencapai 43 kilogram per orang per tahun. Namun demikian, produksi ikan lokal hingga saat ini baru mampu mencukupi sebagian dari total kebutuhan, yakni sekitar 22 ribu ton per tahun.
Dengan jumlah penduduk mencapai 240 ribu jiwa, kebutuhan total akan ikan di daerah itu terbilang tinggi. Kepala Bidang Perikanan (Kabid) Kabupaten Dharmasraya, Bobianto, mengakui bahwa produksi tersebut masih belum ideal.
“Jika dibandingkan dengan target nasional yang ditetapkan sebesar 62,5 kilogram per orang, kita masih perlu penambahan Ketersediaan ikan dari produksi lokal belum bisa menutupi seluruh kebutuhan konsumsi masyarakat,” jelas Bobianto pada Senin (22/07/25).
Ia menambahkan bahwa kekurangan pasokan ini membuat daerah masih membutuhkan pasokan ikan dari luar daerah. Upaya peningkatan produksi perikanan terus dilakukan, termasuk melalui penguatan sektor budidaya dan pemanfaatan potensi perairan darat maupun laut.
“Karena di daerah kita tidak ada laut, maka kita masih perlu pasokan ikan dari luar daerah,” ucapnya.
Ia menjelaskan bahwa ketersediaan ikan yang dimaksud mencakup semua jenis ikan, baik air tawar maupun air laut, yang masuk ke wilayah Dharmasraya. Namun karena produksi lokal belum mencukupi, sebagian besar kebutuhan masih harus dipasok dari luar daerah.
“Kita masih mendatangkan pasokan ikan dari luar. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi daerah kita agar bisa lebih mandiri dalam urusan pangan,” kata Bobianto
Salah satu potensi lokal yang terus dikembangkan adalah lubuk larangan, yakni kawasan konservasi berbasis adat yang dijaga bersama oleh masyarakat. Saat ini, terdapat 25 lubuk larangan aktif di Dharmasraya dengan total produksi sekitar 600 ton ikan per tahun.
Read More:
- 1 Bupati Solok Terima Penghargaan pada Peringatan HUT TNI ke-80
- 2 Pemkab Solok dan Kejari Teken MoU Perkuat Tata Kelola Bersih Lewat Program Jaga Nagari
“Lubuk larangan menjadi kekuatan lokal dalam menjaga ketersediaan ikan. Ini adalah kearifan masyarakat yang harus terus kita jaga dan kembangkan,” ungkap Bobianto.
Di sisi lain, budidaya ikan masih mengalami kendala serius, terutama dari segi harga pakan yang semakin mahal. Hal ini membuat banyak pembudidaya kesulitan untuk mengembangkan usahanya secara optimal.
“Harga pakan jadi salah satu faktor utama yang membebani petani ikan kita. Karena itu, kami mulai mendorong inovasi pakan alternatif,” jelasnya.
Sebagai solusi, Dinas Perikanan melakukan pendampingan kepada masyarakat dalam bentuk pengawasan dan pelatihan. Salah satu contoh keberhasilannya adalah Nagari Ampang Kuranji, yang kini telah mampu membuat pakan ikan mandiri dari bahan lokal dan menjadi projek oleh bupati.
“Di Ampang Kuranji, warga berhasil membuat pakan sendiri. Ini jadi contoh nyata bagaimana kemandirian bisa tumbuh dari bawah,” kata Bobianto lagi.
Kini, semakin banyak nagari yang mengikuti pelatihan pembuatan pakan mandiri. Upaya ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap pakan pabrikan sekaligus meningkatkan daya saing produk perikanan lokal.
“Kami berharap, dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan masyarakat, Dharmasraya bisa lebih mandiri dalam sektor perikanan dan tidak lagi bergantung dari luar daerah,” tutup Bobianto optimis.
(NT)