KABAMINANG.com, Doha, Qata – Iran melancarkan serangan rudal balistik ke Pangkalan Udara Al Udeid di Doha, Qatar, pangkalan militer terbesar Amerika Serikat di Timur Tengah, pada Senin malam, 23 Juni 2025.
Serangan ini merupakan respons langsung terhadap serangan udara AS ke tiga fasilitas nuklir Iran Fordow, Natanz, dan Isfahan sehari sebelumnya. Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengklaim serangan tersebut, yang dinamakan “Operasi Kabar Kemenangan,” sebagai pembalasan atas “agresi militer AS yang tidak beralasan.”
Kronologi Serangan
Menurut laporan resmi IRGC, antara enam hingga 19 rudal balistik diluncurkan dari wilayah Iran menuju Pangkalan Udara Al Udeid pada pukul 21:30 waktu setempat. Iran menyatakan bahwa serangan ini dirancang untuk menargetkan infrastruktur militer AS tanpa mengancam warga sipil Qatar atau fasilitas non-militer.
Sebelum serangan, Iran dilaporkan mengirimkan peringatan dini melalui saluran diplomatik kepada Qatar, memungkinkan evakuasi pangkalan dan meminimalkan risiko korban jiwa.
Sistem pertahanan udara Qatar, yang didukung oleh teknologi Patriot AS, berhasil mencegat sebagian besar rudal yang ditembakkan. Hanya satu rudal yang dilaporkan mengenai area non-kritis di pangkalan Al Udeid, tanpa menyebabkan kerusakan signifikan atau korban jiwa.
Kementerian Pertahanan Qatar mengonfirmasi bahwa serangan tersebut tidak mengganggu operasional pangkalan secara keseluruhan, meskipun langkah-langkah keamanan ditingkatkan pasca-insiden.
Respons Qatar dan AS
Pemerintah Qatar mengecam keras serangan Iran, menyebutnya sebagai “pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan nasional dan hukum internasional.”
Dalam pernyataan resmi, Kementerian Luar Negeri Qatar menyatakan, “Qatar berhak untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan guna melindungi kedaulatannya dan menjamin keamanan rakyatnya.” Qatar juga menutup wilayah udaranya selama beberapa jam, menyebabkan gangguan signifikan pada penerbangan di Bandara Internasional Hamad di Doha.
Presiden AS Donald Trump, dalam konferensi pers di Washington, menyebut serangan Iran sebagai “tindakan yang sangat lemah” dan memuji efektivitas sistem pertahanan udara serta peringatan dini dari Iran yang mencegah korban jiwa.
“Kami menjatuhkan 13 dari 15 rudal mereka. Ini adalah kemenangan bagi teknologi kami dan kerja sama dengan sekutu kami di Qatar,” ujar Trump.
Ia juga menyerukan de-eskalasi dan perdamaian di kawasan, meskipun menegaskan bahwa AS akan “merespons dengan tegas jika diperlukan.”
Dampak Regional
Serangan ini meningkatkan ketegangan geopolitik di Timur Tengah, dengan negara-negara Teluk seperti Bahrain dan Uni Emirat Arab juga menutup wilayah udara mereka sebagai tindakan pencegahan.
Laporan intelijen menunjukkan bahwa Iran juga melancarkan serangan serupa ke pangkalan militer AS di Irak pada malam yang sama, meskipun detailnya masih terbatas. Negara-negara Teluk kini berada dalam status siaga tinggi, khawatir menjadi sasaran lebih lanjut dalam konflik antara Iran dan AS.
Read More:
- 1 Pacu Jalur dan Tabola Bale Meriahkan Perayaan HUT ke-80 RI di Istana Merdeka
- 2 Aksi Heroik Paskibraka Papua Barat Daya: Tetap Tegap Meski Nyaris Pingsan di HUT RI ke-80
- 3 Upacara Penurunan Bendera di Lapangan Puncak Jaya Berlangsung Khidmat Meski Lapangan Becek dan Berlumpur
Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) mengeluarkan pernyataan yang menyerukan “penahanan diri dari semua pihak” dan mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan guna mencegah eskalasi lebih lanjut. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres juga menyerukan dialog diplomatik untuk meredakan ketegangan, menyebut situasi ini “ancaman serius terhadap perdamaian global.”
Latar Belakang Konflik
Serangan Iran ini dipicu oleh operasi militer AS pada 22 Juni 2025, yang menargetkan fasilitas nuklir Iran. AS mengklaim serangan tersebut dilakukan untuk “mencegah ancaman langsung” dari program nuklir Iran, yang dianggap melanggar kesepakatan internasional. Iran, di sisi lain, menuduh AS melakukan “tindakan perang” dan berjanji akan membalas setiap agresi dengan kekuatan penuh.
Pangkalan Al Udeid, yang menampung lebih dari 10.000 personel militer AS dan koalisi, merupakan pusat operasi penting untuk misi di Timur Tengah, termasuk operasi melawan ISIS dan pengawasan terhadap Iran. Lokasinya di Qatar menjadikannya target strategis bagi Iran, meskipun hubungan diplomatik antara Qatar dan Iran relatif stabil dibandingkan dengan negara-negara Teluk lainnya.
Reaksi Internasional
Rusia:
Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam serangan AS terhadap Iran sebagai “provokasi berbahaya” dan menyatakan dukungan untuk hak Iran membela diri, sambil menyerukan dialog untuk mencegah eskalasi.
Tiongkok:
Beijing menyerukan semua pihak untuk menghindari tindakan yang dapat memperburuk situasi dan mendesak solusi diplomatik melalui PBB.
Uni Eropa:
Uni Eropa menyatakan keprihatinan atas eskalasi militer dan menyerukan penghentian segera semua tindakan kekerasan.
Israel:
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, menyebutnya “langkah penting untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir,” namun tidak mengomentari serangan Iran ke Al Udeid.
Prospek ke Depan
Para analis memperingatkan bahwa serangan ini dapat memicu siklus pembalasan yang lebih luas, dengan potensi melibatkan lebih banyak negara di kawasan. Harga minyak melonjak lebih dari 5% di pasar global setelah serangan, mencerminkan kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan energi dari Teluk Persia. Qatar, sebagai salah satu eksportir LNG terbesar di dunia, kini menghadapi tekanan untuk menyeimbangkan hubungannya dengan AS dan hubungan diplomatiknya dengan Iran.
Sementara itu, warga Doha melaporkan suasana tegang, dengan peningkatan kehadiran militer di sekitar ibu kota. Media sosial di X mencerminkan kecemasan global, dengan tagar #IranAttack dan #AlUdeid trending di platform tersebut.
Beberapa pengguna memuji langkah Iran sebagai “perlawanan terhadap imperialisme AS,” sementara yang lain mengecamnya sebagai “tindakan sembrono yang membahayakan stabilitas kawasan.”
Sumber:
Informasi ini disusun berdasarkan laporan dari berbagai sumber terpercaya di web dan media sosial X, termasuk pernyataan resmi dari pemerintah Qatar, AS, dan Iran, serta analisis dari pakar geopolitik.
(KBM)