Solok, KABAMINANG.com — Tradisi adat dan kearifan lokal kembali diperlihatkan oleh masyarakat Kabupaten Solok. Kali ini, masyarakat Jorong Kipek, Nagari Aia Luo, Kecamatan Payung Sekaki, menggelar acara Bakaua, sebuah tradisi warisan leluhur yang terus dijaga eksistensinya secara turun-temurun.
Tradisi Bakaua yang digelar pada hari ini menjadi puncak dari rangkaian kegiatan adat yang sudah berlangsung di beberapa titik wilayah nagari sebelumnya. Kegiatan dipusatkan di sebuah kawasan yang dianggap sakral di dekat makam seorang niniak mamak yang dahulu diyakini berperan besar dalam mendirikan dan membentuk cancang latiah atau struktur awal nagari Aia Luo.

Masyarakat dari berbagai kalangan, tua muda, laki-laki dan perempuan, tampak memadati lokasi kegiatan sejak pagi hari. Semangat gotong royong, kebersamaan, dan rasa hormat terhadap nilai adat dan budaya begitu terasa dalam setiap rangkaian acara.
Sekretaris Nagari Aia Luo yang juga menjabat sebagai Sekretaris Kerapatan Adat Nagari (KAN), Dt. Rajo Nan Sati, menjelaskan bahwa Bakaua di Kipek merupakan tradisi lokal yang telah ada sejak generasi terdahulu.
“Ini adalah bentuk pelestarian budaya dan identitas nagari. Kami masyarakat Aia Luo, khususnya Jorong Kipek, meyakini bahwa selama tradisi seperti ini dijaga, maka jati diri kita sebagai orang Minangkabau tidak akan luntur,” tegasnya.
Lebih lanjut, Dt. Rajo Nan Sati menambahkan bahwa Bakaua bukan sekadar ritual keagamaan atau adat semata, melainkan sarana menyatukan masyarakat, mempererat tali silaturahmi, dan sebagai bentuk syukur kepada Sang Pencipta atas rezeki dan keselamatan yang diberikan selama ini. Prosesinya pun tidak sembarangan, ada doa-doa, ziarah, penyembelihan hewan kurban seperti kambing dan ayam, serta makan bersama sebagai penutup.
Dalam prosesi kali ini, tercatat lebih dari dua puluh ekor kambing disembelih, serta puluhan ekor ayam. Setelah doa dipanjatkan oleh para tokoh agama dan adat, seluruh masyarakat yang hadir diundang untuk menyantap hidangan bersama sebagai simbol persatuan dan keberkahan.
Acara ini juga mendapat perhatian dari pihak pemerintah daerah. Hadir mewakili Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Solok, Pamong Budaya Wirasto, SH, yang memberikan apresiasi atas konsistensi masyarakat dalam menjaga tradisi seperti Bakaua.
Menurut Wirasto, tradisi Bakaua hampir selalu dijumpai di tiap nagari di Kabupaten Solok, namun setiap nagari memiliki perbedaan dalam tata cara pelaksanaannya.
Read More:
- 1 Zaitul Ikhlas Pimpin Apel Pagi: Ingatkan Tugas, Tanggung Jawab, dan Etika di Lingkungan Sekretariat DPRD Solok
- 2 Kasi PD Pontren Kemenag Kota Solok Hadiri Karantina Tahfizh Surau Sumagek Aro IV Korong
- 3 Fauzi: "Songsong Tahun Baru dengan Hati yang Bersih, Semangat Membara, dan Akhlak Bercahaya"
“Inilah yang membuat kekayaan budaya kita semakin berwarna. Setiap nagari punya cara masing-masing dalam menghormati leluhur dan merawat tradisinya,” ujar Wirasto.
Ia juga menegaskan pentingnya mendokumentasikan kegiatan budaya seperti ini agar bisa diwariskan ke generasi berikutnya secara utuh dan tidak terputus. Pihaknya pun berjanji akan mendorong agar kegiatan semacam ini dapat masuk dalam kalender budaya daerah dan didukung dari sisi promosi pariwisata.
Di tengah era modernisasi dan perubahan sosial yang cepat, kehadiran kegiatan seperti Bakaua menjadi bukti nyata bahwa akar budaya Minangkabau masih kuat dan tumbuh subur di tengah masyarakat. Hal ini juga diakui oleh salah seorang tokoh masyarakat yang juga dikenal sebagai urang bajinih, Pandito, yang menyampaikan bahwa nilai-nilai gotong royong dan solidaritas masih sangat kental dalam kehidupan masyarakat Kipek.
“Ini bukan hanya soal tradisi, ini adalah wajah asli masyarakat kita yang menjunjung tinggi kebersamaan dan saling tolong-menolong. Kegiatan seperti ini adalah benteng kita dari ancaman budaya individualistik yang makin marak,” kata Pandito.
Tradisi Bakaua sendiri diyakini merupakan wujud penghormatan kepada leluhur yang telah berjasa membentuk tata kehidupan masyarakat sejak awal berdirinya nagari. Dalam filosofi Minangkabau, “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”, kegiatan seperti Bakaua memadukan unsur adat dan nilai-nilai keislaman, sehingga tetap relevan di tengah perkembangan zaman.
Dengan semangat dan kekompakan yang diperlihatkan oleh masyarakat Jorong Kipek, tradisi Bakaua diyakini tidak akan punah. Bahkan, kegiatan ini bisa menjadi salah satu daya tarik budaya yang memperkuat identitas daerah dan sekaligus menjadi potensi pariwisata berbasis kearifan lokal yang sangat bernilai.
Kabupaten Solok tidak hanya kaya akan keindahan alam, tetapi juga kaya akan tradisi dan budaya yang hidup di tengah masyarakat. Harapan ke depan, tradisi seperti Bakaua ini mendapat perhatian lebih, baik dari pemerintah daerah maupun generasi muda, agar tetap lestari dan membanggakan.
(RA)