Scroll untuk baca artikel

BERITATerkini

Ngobrol Santai di Dapur Podcast Tendangan Hafiz, DR. Dendi Ungkap Resep Manjur Tingkatkan Mutu Pendidikan Solok

×

Ngobrol Santai di Dapur Podcast Tendangan Hafiz, DR. Dendi Ungkap Resep Manjur Tingkatkan Mutu Pendidikan Solok

Sebarkan artikel ini

Kabaminang.com, Alahan Panjang – Seperti meracik rendang yang butuh waktu dan kesabaran, begitu pula dengan membangun pendidikan berkualitas di Kabupaten Solok. Hal ini terungkap dalam obrolan santai namun berisi di Podcast yang digelar di Studio Tendangan Hafiz Rabu (29/1/2025).

Menghadirkan sosok DR. H. Dendi, S.Ag., M.A. sebagai narasumber, podcast ini mengupas tuntas berbagai aspek pendidikan di Kabupaten Solok. Dendi, yang merupakan alumni Pondok Pesantren Aur Duri Sumani, membawa pengalaman komprehensifnya sebagai dosen, pemerhati pendidikan, dan mantan anggota DPRD Kabupaten Solok.

“Kita tidak bisa setengah-setengah dalam membangun pendidikan. Ibarat memasak rendang, semua bumbu harus pas dan prosesnya harus tuntas,” ujar Dendi mengawali diskusi dengan analogi yang mengena.

Menurut Dendi, peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Solok harus dimulai dari fondasi dasarnya, yaitu kualifikasi tenaga pengajar.

“Saat ini, kita perlu dorong guru-guru untuk meningkatkan strata pendidikan mereka, dari S1 ke S2. Ini bukan sekadar gelar, tapi bagaimana meningkatkan kapasitas mereka dalam mendidik generasi masa depan,” jelasnya.

Masalah kesenjangan distribusi guru antara daerah perkotaan dan pedesaan juga menjadi sorotan serius.

“Jangan sampai ada nagari yang kekurangan guru sementara di kota berlebih. Pemerataan ini krusial untuk memastikan setiap anak mendapat kesempatan pendidikan yang sama,” tegas Dendi.

Menyinggung tentang politik dalam dunia pendidikan, mantan anggota DPRD ini berpesan tegas,

“Pendidikan harus steril dari kepentingan politik praktis. Fokus kita adalah bagaimana memajukan pendidikan, bukan memanfaatkannya untuk kepentingan politik sesaat.”

Salah satu gagasan menarik yang disampaikan Dendi adalah pembentukan wadah kolaborasi bernama Solok Foundation.

“Ini bukan sekadar lembaga beasiswa biasa. Kami ingin membangun ekosistem di mana masyarakat, perantau, dan dermawan bisa berkontribusi langsung untuk pendidikan Solok,” jelasnya.

“Bayangkan kalau kita punya sistem yang transparan, di mana dana dari masyarakat kembali ke masyarakat dalam bentuk beasiswa dan bantuan pendidikan. Ini yang kami sebut dengan konsep dari kita, oleh kita, untuk kita,” tambah Dendi dengan antusias.

Dendi menekankan pentingnya sinergi antara berbagai pemangku kepentingan. “Dewan Pendidikan tidak bisa jalan sendiri. Perlu ada kolaborasi aktif antara pelaksana pendidikan, pemerintah daerah, DPRD, dan tentunya masyarakat,” ujarnya.

Berbicara tentang masa depan, Dendi memiliki mimpi besar. “Saya ingin melihat tidak ada lagi anak Solok yang gagal masuk perguruan tinggi hanya karena masalah biaya. Prestasi harus jadi penentu, bukan kantong orang tua,” tegasnya dengan penuh keyakinan.

Untuk mewujudkan mimpi ini, Dendi menyoroti pentingnya peningkatan kesejahteraan guru.

“Guru yang sejahtera akan fokus mendidik, tidak terbebani mencari penghasilan tambahan. Ini akan berdampak langsung pada kualitas pendidikan,” jelasnya.

Di penghujung diskusi, Dendi menegaskan bahwa perubahan membutuhkan komitmen jangka panjang.

“Seperti memasak rendang yang butuh waktu berjam-jam untuk mendapatkan hasil terbaik, membangun pendidikan berkualitas juga butuh kesabaran dan konsistensi. Tapi saya yakin, dengan kolaborasi yang baik, Solok bisa menjadi contoh keberhasilan pendidikan di Sumatera Barat,” tutupnya.

Podcast yang berlangsung hampir dua jam ini tidak hanya membuka mata tentang kompleksitas dunia pendidikan di Kabupaten Solok, tetapi juga memberikan harapan akan masa depan yang lebih cerah melalui solusi-solusi konkret yang ditawarkan.

(MB)