KABAMINANG.com – Penyalahgunaan narkoba bukan lagi isu yang jauh dari kehidupan kita. Ia bukan sekadar headline berita atau kampanye di poster kampus tetapi kenyataan yang pelan-pelan merayap ke lingkungan remaja, mahasiswa, bahkan teman sebaya. Ironisnya, banyak dari kita yang merasa “aman” atau “tidak mungkin terlibat”, padahal kasus penyalahgunaan narkoba justru sering muncul di tempat yang tidak kita duga: kos-kosan, ruang nongkrong, pesta kecil, hingga komunitas hobi.
Sebagai mahasiswa, kita sering bangga menyebut diri sebagai “generasi emas” Indonesia tahun 2045. Tetapi pertanyaannya sederhana: apakah kita benar-benar siap menjadi generasi emas, jika sebagian anak muda masih terseret ke jurang narkoba?
Penyalahgunaan Narkoba: Masalah Moral, Sosial, dan Kebangsaan
Narkoba tidak hanya merusak tubuh tetapi juga merusak akal, moral, dan masa depan. Dalam konteks Pancasila, penyalahgunaan narkoba merupakan bentuk pengingkaran nilai-nilai kemanusiaan dan tanggung jawab sebagai warga negara.
Sila 1 — Ketuhanan Yang Maha Esa
Mengandung nilai menjaga diri dari hal yang membahayakan tubuh dan pikiran. Narkoba membuat manusia kehilangan kendali dirinya.
Sila 2 — Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Narkoba mencederai martabat manusia: merampas akal, merusak moral, dan menutup masa depan.
Sila 3 — Persatuan Indonesia
Jika generasi muda rusak oleh narkoba, maka kekuatan bangsa juga rapuh.
Sila 4 — Kerakyatan
Tidak mungkin mahasiswa berpartisipasi secara cerdas dalam demokrasi bila pikirannya dikendalikan zat adiktif.
Sila 5 — Keadilan Sosial
Narkoba menciptakan ketimpangan baru: ekonomi hancur, pendidikan gagal, keluarga menderita. Pancasila sebenarnya sudah memberikan “kompas moral” untuk menjaga generasi muda, tetapi apakah kita menggunakannya?
Mengapa Mahasiswa Rentan?
Beberapa faktor yang sering ditemui di lingkungan kampus:
Tekanan akademik tugas menumpuk, tuntutan organisasi, kompetisi nilai.
Lingkungan pergaulan coba-coba karena ajakan teman.
Stres dan masalah keluarga mencari “pelarian cepat”.
Kurangnya pemahaman bahaya narkoba dilihat sebagai “hal kecil” atau “sekali-sekali saja”.
Rasa ingin tahu yang tidak diimbangi kedewasaan.
Yang paling berbahaya bukanlah narkobanya, tetapi merasa diri kebal terhadap bahaya.
Apa Dampaknya bagi Generasi Muda?
Dampaknya tidak hanya fisik, tetapi juga:
- Hilangnya motivasi belajar
- Gagal kuliah
- Depresi dan gangguan mental
- Hubungan keluarga rusak
- Kehilangan masa depan karier
- Ketergantungan ekonomi pada orang tua
- Catatan kriminal yang menghancurkan masa depan
Satu kesalahan kecil sering menghasilkan efek domino yang panjang dan menyakitkan.
Peran Mahasiswa: Dari Penonton Menjadi Agen Perubahan
Perang melawan narkoba bukan hanya tugas BNN, polisi, atau sekolah. Mahasiswa harus berdiri di garis depan. Minimal ada tiga hal:
1. Edukasi teman sebaya
Mahasiswa lebih mendengar temannya daripada ceramah dosen atau pamflet pemerintah. Kita bisa memberikan edukasi ringan , menolak ajakan dengan cara elegan , membuat ruang aman untuk curhat, dan menyampaikan dampak secara realistis.
2. Berani berkata “tidak”
Menolak bukan lemah—menolak berarti memiliki kendali atas hidup sendiri. Kadang keberanian paling besar adalah keberanian untuk tidak ikut arus.
3. Menghidupkan nilai Pancasila dalam tindakan
Solidaritas = menjaga teman agar tidak jatuh.
Kemanusiaan = membantu yang terlanjur terjerat.
Keadilan = mendukung rehabilitasi, bukan menghakimi.
Sudahkah Kita Benar-benar Siap?
Semua orang ingin sukses, ingin masa depan cerah, ingin membanggakan keluarga. Tetapi masa depan tidak dibangun oleh keinginan—melainkan oleh pilihan-pilihan kecil yang kita lakukan hari ini.
Apakah kita siap menjaga diri?
Apakah kita siap menjaga teman?
Apakah kita siap menjadi generasi yang bebas narkoba dan berpegang pada nilai-nilai Pancasila?
Jawabannya ada pada langkah kecil kita setelah membaca tulisan ini.
Karena melawan narkoba bukan tentang menyelamatkan orang lain.
Ini tentang menyelamatkan masa depan kita sendiri.
(Fadillah)







