Scroll untuk baca artikel
POJOK OPINI

Manajemen Arus Kas dan Pengendalian Biaya ProduksiUMKM Gorengan Buk Yus

×

Manajemen Arus Kas dan Pengendalian Biaya ProduksiUMKM Gorengan Buk Yus

Sebarkan artikel ini

Oleh : Muthia Amara
Mahasiswa Jurusan Manajemen FEB Unand

KABAMINANG.com, Unand – Padang, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di bidang kuliner terus menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat Indonesia. Salah satu bentuk usaha yang paling dekat dengan keseharian kita adalah UMKM gorengan.

Di Padang sendiri hampir di setiap sudut kota, pedagang gorengan hadir dengan aneka pilihan. Harga yang terjangkau, cita rasa yang familiar, dan kemudahan akses menjadikan gorengan sebagai jajanan rakyat yang tak lekang oleh waktu.

Di sudut kota padang tepatnya di RW011 Mata Air terdapat UMKM Gorengan Buk Yus yang merupakan salah satu contoh usaha kecil yang tumbuh dari kesederhanaan namun memberi dampak bagi lingkungannya. Awalnya, Bu Yus hanya menjajakan dagangannya secara sederhana dari rumah ke rumah di sekitar gang gang rumahnya. Ia menjajakan dagangannya dengan menggunakan motor dan membawa beberapa wadah, ia berkeliling menawarkan dagangannya.

Walaupun bermodal kecil, Buk Yus memiliki ketekunan dan cita rasa  yang khas sehingga banyak warga sekitar yang mulai mengenal dan menyukai dagangannya.
Seiring waktu, usaha yang awalnya dijalankan secara keliling itu berkembang. Permintaan warga semakin banyak, dan pelanggan pun semakin setia.

Melihat peluang tersebut, Bu Yus akhirnya memberanikan diri membuka sebuah pondok kedai kecil yang terletak di depan mushola sekaligus di samping lapangan bermain anak-anak.

“Melihat permintaan para pelanggan saya yang terus meningkat, saya memutuskan untuk membuka sebuah pondok kedai kecil dan melanjutkan dagangan saya di sana,” ucap Buk Yus ketika mengenang perjalanan usahanya.

Gambar : Keadaan di Kedai Buk Yus saat baru membuka kedai di siang hari

Lokasi ini membuat Gorengan Buk Yus semakin strategis, karena selain melayani warga sekitar, kedai Buk Yus ini juga menjadi tempat jajan favorit anak-anak yang mengaji setiap sore maupun mereka yang bermain di lapangan. Suasana kedai pun hampir selalu ramai, tidak hanya karena kualitas rasa, tetapi juga karena posisinya yang sangat dekat dengan aktivitas masyarakat sehari-hari.

Kedai sederhana itu kini menjadi titik kumpul kecil yang mempererat hubungan antarwarga, baik orang tua maupun anak-anak.

Keistimewaan lain dari Gorengan Buk Yus adalah harganya yang sangat terjangkau. Semua jenis gorengan dijual hanya seribu rupiah per biji, namun ukurannya besar-besar sehingga pembeli merasa puas. Hal ini membuat cepatnya dagangan habis terjual. Setiap kali gorengan baru saja diangkat dari wajan gorengan hangat tersebut hampir selalu langsung ludes hanya dalam hitungan menit.

Buk Wat selaku pelanggan setia mengatakan bahwa ia hamper setiap hari ke kedai Buk Yus,

“Saya hampir setiap hari beli gorengan di sini, selain enak dan ukurannya besar, lokasinya juga pas sekali karena tepat di depan rumah saya. Jadi kalau sore tinggal jalan lima Langkah sudah bisa jajan,” ujarnya sambil sedikit tertawa.

Gambar : Situasi saat jual beli di Kedai Buk Yus

Meskipun di luar sana banyak sekali penjual gorengan dengan lokasi lebih ramai atau variasi menu yang lebih beragam, hal itu tidak mematahkan semangat Bu Yus untuk terus berjualan.

Ia percaya bahwa pelanggan setia adalah aset terbesar yang dimilikinya.

“Menurut saya, pelanggan yang sudah percaya terhadap dagangan saya adalah rezeki yang harus dijaga. Walaupun banyak penjual gorengan lain, saya yakin mereka tetap akan kembali karena sudah cocok dengan gorengan saya,” ujar Bu Yus dengan penuh keyakinan.

Warga komplek yang sudah terbiasa dengan cita rasa gorengan buatannya selalu kembali membeli, bahkan anak-anak menjadikannya bagian dari rutinitas sore mereka. Kesetiaan pelanggan inilah yang menjadi sumber kekuatan utama Gorengan Buk Yus untuk bertahan di tengah persaingan.

Gambar : Gorengan di Kedai Buk Yus

Selain menjaga kualitas rasa, Bu Yus juga mulai menerapkan prinsip manajemen arus kas sederhana dalam mengelola usahanya. Ia mencatat pemasukan harian, memisahkan biaya operasional seperti pembelian bahan baku, minyak goreng, dan gas, serta menyisihkan sebagian keuntungan untuk tabungan.

“Saya selalu berusaha mencatat uang masuk dan keluar setiap hari, supaya modal tetap aman dan tidak tercampur dengan kebutuhan rumah tangga,” ujar Buk Yus.

Dengan pengelolaan keuangan yang rapi, modal usaha tetap terjaga, dan ia tidak kewalahan ketika harga bahan pokok mengalami kenaikan. Inilah yang membuat usahanya tetap stabil meski tantangan terus hadir.

Dari segi produksi, Bu Yus setiap hari mengeluarkan biaya sekitar Rp75.000–Rp100.000 untuk membeli bahan baku seperti tepung, minyak goreng, gas, serta isian gorengan seperti tahu, pisang, dan sayuran. Dari modal tersebut, ia mampu menjual ratusan gorengan dengan harga seribu rupiah per biji.

Jika dagangan habis, pendapatannya bisa mencapai sekitar Rp150.000 per hari. Setelah dikurangi biaya produksi, keuntungan bersih yang diperoleh berkisar antara Rp50.000 hingga Rp75.000 per hari.

“Alhamdulillah, keuntungan ini sudah cukup untuk kebutuhan rumah tangga dan sedikit demi sedikit bisa saya tabung untuk menambah modal,” ungkap Bu Yus dengan penuh rasa syukur.

Keuntungan ini cukup untuk
membantu kebutuhan rumah tangga sekaligus menambah modal usaha.

Kini, Gorengan Buk Yus bukan lagi sekadar usaha rumahan, melainkan simbol ketekunan dan semangat wirausaha di lingkungan kampung. Dari perjalanan sederhana berkeliling rumah ke rumah hingga memiliki pondok kedai sendiri, usaha ini menunjukkan bahwa UMKM kecil  dapat tumbuh dan memberi manfaat besar [ada lingkungannya.

Dengan pelanggan setia, lokasi yang strategis, serta manajemen sederhana yang teratur, Gorengan Buk Yus memiliki prospek untuk terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi usaha kecil lainnya.
(MM/KBM)

Doc : Muthia Amara