KABAMINANG.com, Teheran, 24 Juni 2025 – Televisi pemerintah Iran, IRIB, menyatakan bahwa setiap warga negara Amerika Serikat (AS) dan personel militer di wilayah Timur Tengah kini dianggap sebagai “target sah” menyusul serangan udara AS terhadap tiga situs nuklir utama Iran pada Minggu, 22 Juni 2025.
Serangan tersebut menargetkan fasilitas nuklir di Fordo, Natanz, dan Isfahan, yang menurut Presiden AS Donald Trump telah “benar-benar hancur” dalam operasi yang dinamakan “Midnight Hammer.”
Pernyataan keras dari media pemerintah Iran ini mencerminkan eskalasi ketegangan di kawasan setelah AS secara resmi bergabung dengan Israel dalam konflik melawan Iran, yang telah berlangsung sejak 13 Juni 2025.
Konflik ini dipicu oleh serangan mendadak Israel terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran, yang diikuti oleh serangan balasan Iran menggunakan rudal dan drone ke kota-kota Israel seperti Tel Aviv dan Haifa.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, sebelumnya telah memperingatkan AS pada Rabu, 18 Juni 2025, bahwa keterlibatan militer AS dalam konflik Iran-Israel akan menyebabkan “kerugian yang tak dapat diperbaiki.”
Dalam pidato yang disiarkan melalui televisi negara, Khamenei menegaskan,
“Bangsa Iran bukan bangsa yang menyerah. AS harus tahu bahwa keterlibatan militer mereka dalam konflik ini pasti akan menyebabkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki.”
Serangan AS pada 22 Juni melibatkan lebih dari 125 pesawat militer, termasuk tujuh pembom siluman B-2 Spirit yang menjatuhkan bom “bunker buster” GBU-57 Massive Ordnance Penetrator, yang dirancang untuk menghancurkan fasilitas bawah tanah seperti Fordo.
Menurut Pentagon, serangan ini menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur nuklir Iran. Namun, Iran mengklaim bahwa personel di fasilitas nuklir telah dievakuasi sebelum serangan, dan material nuklir telah dipindahkan, sehingga meminimalkan dampak.
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, dalam percakapan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, menegaskan bahwa AS “harus menerima respons atas agresi mereka.”
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, juga menyatakan bahwa diplomasi bukanlah pilihan saat ini karena Iran sedang “diserang,” dan menegaskan hak Iran untuk membela diri berdasarkan hukum internasional.
Read More:
- 1 APBN 2025: Menjaga Stabilitas di Tengah Gejolak Global, Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional
- 2 Kunjungan Wakil Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi ke Kantor PPIH Makkah: Penguatan Kerja Sama Haji Indonesia-Arab Saudi
- 3 Trump Ancam Tangkap Kandidat Wali Kota New York Zohran Mamdani atas Kebijakan Imigrasi
Pernyataan televisi pemerintah Iran yang menyebut warga dan militer AS sebagai “target sah” telah memicu kekhawatiran global. Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan peringatan keamanan bagi warga AS di seluruh dunia, meminta mereka untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi demonstrasi anti-AS dan gangguan perjalanan akibat penutupan wilayah udara di Timur Tengah.
Sementara itu, komunitas internasional mendesak de-eskalasi. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyebut serangan AS sebagai “eskalasi berbahaya” dan mendesak semua pihak kembali ke meja negosiasi. Negara-negara Teluk, seperti Oman dan Irak, juga menyuarakan keprihatinan atas ancaman terhadap stabilitas regional.
Rusia dan China mengutuk serangan AS, menyebutnya melanggar hukum internasional, sementara beberapa sekutu AS, seperti Australia dan Selandia Baru, menyerukan dialog dan diplomasi.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji keputusan Trump sebagai “keputusan berani yang akan mengubah sejarah,” menegaskan bahwa serangan AS telah melemahkan program nuklir Iran secara signifikan.
Namun, analis seperti Karim Sadjadpour dari Carnegie Endowment for International Peace memperingatkan bahwa Khamenei, yang kini berada di bunker dan menghadapi tekanan besar, mungkin akan memilih untuk meningkatkan eskalasi, termasuk kemungkinan menarik diri dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir atau bahkan mempercepat program nuklir sebagai respons.
Iran diketahui memiliki daftar target potensial, termasuk sekitar 20 pangkalan militer AS di Timur Tengah, dan dapat menggunakan serangan drone atau rudal balistik untuk membalas. Selain itu, sekutu Iran seperti Houthi di Yaman telah mengancam akan menyerang kapal-kapal AS di Laut Merah jika AS terus terlibat dalam konflik.
Sementara Trump menegaskan bahwa serangan AS adalah “intervensi terbatas” dan tidak bertujuan untuk menggulingkan pemerintah Iran, ia memperingatkan bahwa setiap pembalasan Iran akan dihadapi dengan kekuatan yang lebih besar.
Dalam posting di Truth Social, Trump menyatakan, “Setiap pembalasan terhadap AS akan dihadapi dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari yang telah disaksikan.”
Konflik ini telah menyebabkan ratusan korban jiwa, dengan Iran melaporkan lebih dari 400 kematian, sebagian besar warga sipil, akibat serangan Israel sejak awal konflik. Di Israel, serangan rudal Iran telah menewaskan sedikitnya 24 orang dan melukai ratusan lainnya. Ketegangan yang terus meningkat ini membuat dunia menahan napas, menunggu langkah Iran selanjutnya dan apakah konflik ini akan meluas menjadi perang regional yang lebih besar.
Sumber:
– The Guardian
– Reuters
– NBC News
– The New York Times.
(KBM)