KABAMINANG.com – Pada Sabtu, 21 Juni 2025, Amerika Serikat melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap fasilitas nuklir Iran menggunakan pesawat pengebom siluman B-2 Spirit, menandai eskalasi dramatis dalam ketegangan di Timur Tengah. Serangan ini menargetkan tiga situs nuklir utama Iran Fordow, Natanz, dan Isfahan dengan bom penghancur bunker GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP), yang dirancang untuk menghancurkan target bawah tanah yang diperkuat.
Kronologi Serangan:
Menurut laporan Reuters, enam pesawat B-2 Spirit lepas landas dari Pangkalan Udara Whiteman, Missouri, dan menuju Guam, didampingi pesawat tanker pengisi bahan bakar. Beberapa di antaranya kemungkinan melanjutkan perjalanan ke Diego Garcia, pangkalan strategis AS di Samudra Hindia, yang berjarak sekitar 3.500 km dari Iran. Serangan ini dilakukan dengan presisi tinggi, menjatuhkan 12 bom GBU-57 di Fordow, situs nuklir bawah tanah yang dikenal sebagai salah satu fasilitas paling aman di Iran.
Presiden AS Donald Trump mengklaim operasi ini sebagai “sukses besar,” dengan menyatakan bahwa serangan tersebut menghambat ambisi nuklir Iran hingga tiga tahun ke depan. Israel, yang disebut-sebut mendorong AS untuk menggunakan bom penghancur bunker, juga dilaporkan terlibat dalam serangan pendahuluan pada 13 Juni 2025, yang menewaskan 430 orang dan melukai lebih dari 3.500 lainnya di Iran.
Reaksi Iran dan Dampaknya:
Iran membalas serangan ini dengan rudal balistik dan drone ke wilayah Israel, menewaskan sedikitnya 25 orang dan melukai ratusan lainnya. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan bahwa Iran “tidak akan menyerah” dan menyebut serangan ini sebagai tindakan agresi Zionis. Iran juga mengklaim berhasil menembak jatuh tiga jet tempur siluman F-35 Israel dengan sistem pertahanan udara Bavar-373, meskipun klaim ini masih memerlukan konfirmasi independen.
Teheran dilaporkan mengalami gangguan signifikan, dengan penerbangan di Bandara Internasional Imam Khomeini ditangguhkan dan warga sipil di daerah terdampak diperintahkan untuk mengungsi. Media pemerintah Iran melaporkan bahwa markas Garda Revolusi di Teheran menjadi salah satu target, dengan api dan asap terlihat dari lokasi tersebut.
Spesifikasi B-2 Spirit:
Pesawat pengebom siluman B-2 Spirit adalah salah satu alutsista tercanggih milik AS, dirancang untuk menembus pertahanan udara musuh tanpa terdeteksi radar. Dengan jangkauan lebih dari 11.000 km tanpa pengisian bahan bakar (19.000 km dengan sekali pengisian), B-2 mampu membawa muatan hingga 20 ton, termasuk bom GBU-57 yang mampu menembus fasilitas bawah tanah seperti Fordow. Pesawat ini diawaki oleh dua kru dan dapat terbang pada ketinggian hingga 15.000 meter.
Read More:
- 1 Aksi Heroik Paskibraka Papua Barat Daya: Tetap Tegap Meski Nyaris Pingsan di HUT RI ke-80
- 2 Upacara Penurunan Bendera di Lapangan Puncak Jaya Berlangsung Khidmat Meski Lapangan Becek dan Berlumpur
- 3 Pacu Jalur dan Tabola Bale Meriahkan Perayaan HUT ke-80 RI di Istana Merdeka
Konteks dan Spekulasi:
Serangan ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat setelah Iran dilaporkan memperkaya uranium hingga 60%, hanya selangkah lagi dari kualitas senjata nuklir.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan bahwa Iran telah mengumpulkan cukup uranium untuk membuat bom nuklir, meskipun Teheran bersikeras bahwa program nuklirnya untuk tujuan damai.
Sementara itu, postingan di platform X mencerminkan sentimen publik yang beragam. Beberapa pengguna memuji keberhasilan strategis AS, menyebutnya sebagai operasi “hit and run” yang cerdas, sementara yang lain berspekulasi tentang ketidakmampuan Iran untuk mendeteksi B-2 meskipun transponder pesawat tanker terdeteksi.
Dampak Regional:
Serangan ini tidak hanya memperburuk hubungan AS-Iran, tetapi juga meningkatkan ketegangan di Teluk Persia. Kehadiran kapal induk AS seperti USS Nimitz dan USS Carl Vinson, bersama ratusan jet tempur dan kapal perang di wilayah tersebut, menunjukkan kesiapan militer AS untuk menghadapi eskalasi lebih lanjut.
Serangan B-2 Spirit terhadap situs nuklir Iran telah mengguncang dinamika geopolitik di Timur Tengah, memicu ketegangan baru antara Iran, Israel, dan AS. Dengan korban jiwa yang signifikan dan ancaman balasan dari Iran, dunia kini menanti langkah diplomatik atau eskalasi militer lebih lanjut.
(KBM)