Scroll untuk baca artikel

DharmasrayaSUMBAR

Tiga Alat Perikanan Sakit, Nagari Andalkan Dana Desa Untuk Budidaya Ikan

×

Tiga Alat Perikanan Sakit, Nagari Andalkan Dana Desa Untuk Budidaya Ikan

Sebarkan artikel ini

Dharmasraya, KABAMINANG.comTiga unit exskafator milik Dinas Pangan dan Perikanan yang menjadi pendukung sektor budi daya sektor perikanan Kabupaten Dharmasraya, saat ini tak lagi beroperasi dan menjadi barang barang ronsokan.

Dimana, tidak beroperasinya tiga unit Exskapator milik dinas tersebut, telah terjadi selama tiga tahun terakhir. Kondisi ini disebabkan oleh tidak adanya anggaran perawatan secara berkala, ditambah lagi kerusakan alat yang cukup parah.

Dua dari tiga alat tersebut, kini berada di museumkan disalah satu bengkel untuk memudahkan pengawasan. Sementara, satu unit lainnya masih di Balai Benih Ikan (BBI). Minimnya dana membuat fasilitas penting ini terkesampingkan.

“Memang ada tiga unit alat Exskapator, cuma satupun tak ada yang bisa di gunakan, bahkan yang satu sudah jadi tak bisa diselamatkan,” kata Kadis Panangan dan Perikanan, Ramilus, Kamis (24/04/25)

Ia tak menapik, kondisi tersebut telah terjadi selama kurang lebih tiga tahun. Bahkan, lanjutnya, kondisi itu diperparah dengan tidak adanya anggaran perawatan.

“Selama tiga tahun memang nyaris tidak ada anggaran untuk perawatan. Saat ini alat-alat tersebut sedang dibengkel untuk memudahkan pengawasan,” ujarnya.

Akibatnya, tujuah nagari yang memiliki program kolam budidaya ikan, dipaksa menggunakan Dana Desa 20 persen untuk menjalankan kegiatan tersebut.

“Semua kegiatan kolam untuk budidaya ikan, biayanya di ambilkan dari Dana Desa, sementara kami sifatnya mendampingi,” jelas Ramilus.

Ia menjelaskan, bahwa Tujuh nagari tersebut adalah Tabek, Timpeh, Taratak Tinggi, Ampang Kuranji, Alahan Nan Tigo, dan Timpeh Kampung. Mereka siap mengelola kolam secara mandiri dengan dukungan bibit ikan dari dinas.

“Kita sifatnya pendampingan lagi, kalau untuk benih ikanya, insyaallah bisa di bantu tampa dipungut biaya,” ucapnya

Menurut Ramilus, biaya pembuatan satu kolam mencapai Rp200 juta, dengan kapasitas tebar 20 ekor ikan per meter persegi.

Selain budidaya ikan, masing-masing nagari juga memiliki komoditas unggulan seperti sayur, padi, ayam, dan ikan. Hal ini memperkuat potensi pertanian dan perikanan lokal secara terintegrasi.

“Semua ini sebagai bentuk upaya mencegah stanting serta memperkuat ketahanan pangan,” katanya.

Yang menariknya, Nagari Ampang Kuranji telah memproduksi pakan ikan secara mandiri. Inovasi ini dinilai layak menjadi percontohan di tingkat provinsi.

Dengan kolaborasi kuat antara masyarakat dan pemerintah nagari, Dharmasraya kini mulai dilirik sebagai wilayah potensial dalam pengembangan perikanan air tawar di Sumatra Barat.

(NT)