Scroll untuk baca artikel
BERITAKhas

Hafit, Sang Penjaga Kebersihan yang Tak Pernah Menyerah

×

Hafit, Sang Penjaga Kebersihan yang Tak Pernah Menyerah

Sebarkan artikel ini

Kabaminang.com, Arosuka – Hujan turun deras sejak dini hari di Arosuka. Udara dingin menggigit, angin berembus kencang, membuat siapa pun enggan keluar dari hangatnya rumah. Namun di sudut kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Solok, dentingan tong sampah terdengar memecah keheningan pagi.

Di balik gerimis, seorang pria berbalut plastik seadanya sebagai jas hujan terlihat tekun bekerja. Dialah Hafit, seorang petugas kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH), yang dengan penuh dedikasi menjalankan tugasnya.

Jam menunjukkan pukul 07.35 pagi. Media Kabaminang mendekati Hafit, menanyakan kenapa ia tetap bekerja meskipun hujan deras mengguyur.

Dengan senyum sederhana, Hafit menjawab, “Inilah rutinitas saya, Pak. Sudah terbiasa. Cuaca seperti ini bukan alasan untuk berhenti. Sampah tetap harus diangkut, kebersihan harus tetap terjaga.”

Hafit bukan hanya seorang petugas kebersihan biasa. Di balik tubuhnya yang terlihat kurus dan berbalut plastik basah, ada semangat tangguh yang jarang dimiliki banyak orang.

Baginya, tugas ini bukan sekadar pekerjaan, tetapi tanggung jawab besar yang harus ia tunaikan. Sebab ia percaya, kebersihan adalah wajah sebuah kota, dan ia adalah bagian dari wajah itu.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Solok, melalui Kepala Unit Persampahan, Alkamri, menjelaskan bahwa petugas seperti Hafit adalah tulang punggung kebersihan kota.

Tahun 2025 ini, pihaknya berencana melakukan rotasi zonasi bagi para petugas kebersihan. Langkah ini dilakukan sebagai upaya penyegaran, agar motivasi kerja meningkat dan efektivitas tugas di lapangan lebih terjaga.

“Rotasi ini bersifat sementara. Kami akan mengevaluasi secara berkala. Harapannya, setiap petugas dapat menjalankan tugas dengan semangat baru di tempat yang mungkin berbeda dari sebelumnya,” ujar Alkamri.

Ia juga menambahkan bahwa DLH akan terus berusaha semaksimal mungkin untuk melayani masyarakat sesuai kemampuan dan jumlah personel yang tersedia.

Namun di balik kebijakan tersebut, ada cerita lain. Hafit, misalnya, mengaku sudah cukup nyaman dengan rutinitasnya di wilayah Arosuka. Ia telah memahami pola kerja, mengenal masyarakat, bahkan menghafal titik-titik sampah yang membutuhkan perhatian ekstra.

Namun ia tidak keberatan jika harus dipindahkan. “Di mana pun ditempatkan, saya akan tetap bekerja dengan baik. Ini tugas saya,” katanya dengan nada penuh keyakinan.

Kisah Hafit mengajarkan banyak hal. Bahwa tanggung jawab adalah sesuatu yang harus dijalankan tanpa tapi.

Bahwa dedikasi sejati tidak mengenal cuaca, tidak juga mengeluh meski fasilitas sering kali terbatas. Hafit mungkin tidak memiliki banyak, tetapi ia memberi segalanya untuk kota ini.

Hujan mulai reda. Plastik penutup tubuh Hafit terlihat semakin berat karena air yang terus meresap. Namun ia tetap bekerja, memindahkan sampah, membersihkan sudut-sudut jalan, memastikan tidak ada yang terlewat. Sebuah pemandangan yang jarang kita perhatikan, padahal begitu berarti bagi kenyamanan kita sehari-hari.

Saat ditanya apakah ia pernah merasa lelah atau bosan dengan pekerjaannya, Hafit hanya tersenyum.

“Saya tidak pernah memikirkan itu, Pak. Yang saya tahu, pekerjaan ini harus dilakukan. Kalau bukan saya, siapa lagi?”

Di tengah dunia yang sering kali sibuk mengejar prestasi besar, Hafit mengingatkan bahwa tugas kecil pun punya arti besar.

Ia adalah simbol dedikasi yang jarang diapresiasi, tetapi tetap dijalani dengan tulus.

Hafit, sang penjaga kebersihan, adalah pahlawan sunyi yang menjaga wajah kota tetap bersih, meski hujan, angin, atau panas menghadang jalannya setiap hari.

(MB)