Scroll untuk baca artikel

POJOK OPINI

Sumatera Barat: Tidak Ada Lagi Alasan untuk Gagal! Ini Waktunya Kita Merebut Tahta!

×

Sumatera Barat: Tidak Ada Lagi Alasan untuk Gagal! Ini Waktunya Kita Merebut Tahta!

Sebarkan artikel ini

Kabaminang.com – Pojok Opini, Cukup sudah!  Sumatera Barat selama ini hanya berdiri di pinggiran panggung, menjadi penonton yang diam, mematung, dan menunggu perubahan yang tak pernah datang. Potensi kita melimpah ruah, tapi apa gunanya jika hanya jadi omong kosong?

Hamparan tanah subur, laut kaya sumber daya, budaya yang memukau, semua ini terbuang percuma. Kini, waktunya untuk bergerak balik, mengambil yang seharusnya menjadi milik kita!

Dengan Epyardi Asda memimpin, Sumatera Barat harus bangkit menjadi kekuatan besar yang disegani. Tidak ada kompromi, tidak ada ruang untuk alasan!

Utilitarianisme: Filosofi Perang untuk Semua Orang

“Berjuang demi manfaat terbesar bagi rakyat terbanyak,” itulah inti utilitarianisme, dan itulah filosofi perang yang Sumatera Barat butuhkan. Tidak ada lagi pembangunan setengah hati. Tidak ada lagi janji-janji kosong tanpa hasil. Semua kebijakan harus dihitung dengan satu ukuran: seberapa besar dampaknya bagi rakyat? Jika tidak membawa manfaat, buang jauh-jauh!

Ladang padi kita harus menjadi senjata. Hasil laut kita harus menjadi peluru. Pariwisata kita harus menjadi meriam yang menghancurkan dominasi daerah lain. Kita punya segalanya untuk menang, tapi selama ini kita hanya diam, kalah sebelum berperang. Dengan Epyardi Asda, waktu untuk diam sudah berakhir.

Louis XIV: Inspirasi Sang Penguasa Absolut

Louis XIV pernah berkata, “Aku adalah negara.” Dengan tangan besinya, ia menjadikan Prancis pusat kekuasaan Eropa. Filosofinya sederhana: tidak ada ruang untuk kelemahan. Setiap keputusan harus tajam seperti pedang, setiap tindakan harus seperti palu yang menghantam tanpa ampun.

Sumatera Barat butuh pemimpin yang memiliki keberanian seperti itu. Epyardi Asda harus menjadi “Raja Matahari” baru bagi Sumatera Barat! Tidak ada lagi birokrasi yang lamban, tidak ada lagi kebijakan setengah-setengah. Kabupaten-kabupaten seperti Solok, Pariaman, hingga Limapuluh Kota harus dikelola seperti kerajaan kecil yang siap perang—dengan tujuan satu: menjadikan Sumatera Barat pusat kekuatan nasional.

Ladang dan sawah Solok harus menjadi ikon agrikultur dunia. Hasil bumi kita harus mendominasi pasar nasional. Pariwisata kita, dari Ngarai Sianok hingga Danau Singkarak, tidak boleh hanya jadi tempat mampir wisatawan. Mereka harus datang, menghabiskan waktu, dan meninggalkan uang di sini!

Kebangkitan Seperti Cerita Tere Liye, Tapi dengan Amarah dan Perjuangan

Ini bukan kisah anak-anak manis yang sabar menunggu keajaiban. Ini adalah kisah mereka yang haus, lapar, dan berani menghancurkan batasan! Sumatera Barat harus menjadi tokoh utama dalam cerita ini, bukan figuran yang hanya muncul sesekali.

Sektor pariwisata, misalnya, tidak lagi bisa dibiarkan setengah hidup. Kita tidak mau jadi alternatif kedua atau ketiga untuk wisatawan. Kita harus menjadi destinasi utama, tempat pertama yang mereka pikirkan saat ingin melihat Indonesia! Promosi digital harus agresif, infrastruktur pariwisata harus dibangun tanpa kompromi, dan masyarakat lokal harus menjadi motor penggerak.

Produk lokal seperti rendang, songket, hingga ukiran khas Minang harus menjadi barang premium yang dicari dunia. Kita harus menguasai pasar internasional. Tidak ada ruang untuk kalah dari negara lain.

Strategi Perang: Tidak Ada Ruang untuk Kesalahan

Bangkit bukan berarti asal bergerak. Kebangkitan butuh strategi perang yang jelas, tajam, dan tak kenal ampun. Epyardi Asda harus menjadi jenderal yang memimpin barisan ini dengan tangan besi. Berikut adalah langkah taktis yang harus diambil:

1. Bangun Infrastruktur, Hancurkan Isolasi
Jalan desa ke kota harus seperti arteri yang mengalirkan darah ekonomi. Tidak boleh ada wilayah terisolasi. Pelabuhan harus menjadi pintu gerbang ekspor, dan bandara harus menjadi jalur udara utama di Sumatera.

2. Kuasa Penuh pada Digitalisasi
Dunia digital adalah medan perang baru. Sumatera Barat harus ada di puncak permainan. Pemerintah harus menciptakan platform digital untuk UMKM, promosi wisata, dan layanan publik. Tidak ada ruang untuk gagap teknologi.

3. UMKM adalah Tentara Ekonomi
Produk lokal kita adalah senjata. Rendang, tenun songket, hingga kerajinan tradisional harus menjadi komoditas ekspor unggulan. Kita harus menjadikannya kebanggaan dunia.

4. Pendidikan dan Kesehatan Sebagai Senjata Utama
Rakyat yang sehat dan cerdas adalah modal perang paling berharga. Pendidikan harus menjadi prioritas, dan fasilitas kesehatan harus dibangun di setiap sudut Sumatera Barat.

Tantangan adalah Musuh yang Harus Dihancurkan

Jangan salah, jalan ini tidak akan mudah. Birokrasi korup, mentalitas malas, hingga tantangan dari daerah lain akan menjadi rintangan besar. Tapi seorang pemimpin besar tidak menghindar dari tantangan—ia menghancurkannya!

Epyardi Asda harus siap menghadapi semua musuh ini dengan keberanian seorang prajurit. Setiap birokrat yang menghambat harus disingkirkan. Setiap sistem yang korup harus dihancurkan. Jika ini berhasil, maka Sumatera Barat akan berdiri tegak, tidak hanya di Sumatera, tetapi juga di panggung nasional dan internasional.

Sumatera Barat atau Mati!

Ini bukan sekadar mimpi. Ini adalah panggilan perang untuk kita semua. Sumatera Barat tidak boleh lagi menjadi daerah pinggiran yang dilupakan. Tidak ada lagi alasan, tidak ada lagi kompromi. Kita harus menang, atau kita mati berusaha.

Dengan Epyardi Asda memimpin, Sumatera Barat harus berubah menjadi kekuatan yang tidak bisa diabaikan. Ini saatnya kita bangkit, menyerang, dan merebut kembali tempat kita di puncak! Seperti yang pernah dikatakan Louis XIV: “Kekuasaan bukan untuk dibagi, melainkan untuk diraih sepenuhnya!” Inilah waktunya Sumatera Barat menguasai takdirnya sendiri!

(TBR)