Scroll untuk baca artikel
POJOK OPINI

Tong Kosong Nyaring Laporan: Ketika Laporan Lebih Banyak Suara Daripada Isi

×

Tong Kosong Nyaring Laporan: Ketika Laporan Lebih Banyak Suara Daripada Isi

Sebarkan artikel ini

Kabaminang.com – Pojok Opini, Pernah nggak sih, kamu ikut rapat atau acara, terus ada orang yang kayaknya lagi ngeluarin banyak banget kata-kata, tapi begitu dipikir-pikir, kok kayaknya nggak ada isinya ya? Yup, ini dia yang disebut dengan “tong kosong nyaring laporan.” Pasti sudah sering dengar kan, istilah ini, yang artinya laporan yang panjang dan penuh bumbu, tapi pas ditanya poin utamanya… eh, nggak ada yang jelas.

Kita sering banget menemui momen seperti ini dalam dunia kerja atau rapat-rapat kantor. Seorang pembicara (biasanya yang paling bersemangat) bisa jadi menyampaikan segudang informasi yang bahkan lebih panjang dari daftar belanja bulanan ibu kita. Mulai dari pendahuluan yang bertele-tele, latar belakang yang serasa diambil langsung dari buku teks sejarah, sampai penutupan yang berulang-ulang. Semua disampaikan dengan penuh semangat dan intonasi yang bikin mata kita agak sedikit berbinar—tapi sayangnya, begitu selesai, kita masih bingung, “Eh, yang penting itu apanya ya?”

Puncak dari fenomena ini adalah ketika seseorang dengan serius bilang, “Intinya, kita harus lebih inovatif dan bekerja sama!” Eh, kok bisa begitu? Inovasi itu kan konsepnya sangat luas, hampir seperti “keberagaman pilihan topping pizza” yang tanpa batas, dan kerja sama itu ya, kalau nggak dilaksanakan, ya nggak ada bedanya kayak ngomongin resolusi tahun baru yang cuma jadi wacana.

Tapi jangan salah, tong kosong nyaring laporan ini bukan cuma soal panjang-panjangan kata loh. Kadang, ada juga yang laporannya padat banget, tapi isi perkalimatannya justru bikin kita semakin bingung. Misalnya, kalimat “Dengan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan variabel-variabel internasional, kita akan mengimplementasikan strategi berbasis data untuk memaksimalkan optimalisasi tujuan.” Maksudnya apaan tuh? Rasanya lebih cocok untuk diterjemahin ke bahasa manusia daripada dipikirin sebagai laporan yang mau diterapkan.

Kadang-kadang, kita juga suka denger, “Kami sudah melakukan evaluasi menyeluruh.” Evaluasi apa? Hasilnya? Tunggu dulu, apakah itu berarti evaluasi menyeluruh cuma di atas kertas atau memang sudah ada aksi nyata yang perlu kita bahas? Sayangnya, kadang evaluasinya cuma sekedar tulisan tanpa bukti nyata. Bisa-bisa malah evaluasi itu cuma ajang pamer kata-kata keren tanpa perubahan yang berarti.

Akhirnya, yang terjadi adalah… kita semua duduk bengong, berpikir keras mencoba menafsirkan maksud dari semua kata-kata itu. Padahal, yang kita butuhkan cuma penjelasan singkat dan jelas. Kalau bisa disertai dengan contoh nyata dan sedikit humor, biar lebih enak dipahami, kan?

Tapi, ya begitulah dunia laporan. Di dunia ini, sepertinya makin banyak orang yang bersemangat membuat laporan panjang nan mengesankan, daripada fokus pada isi yang benar-benar menyelesaikan masalah.

Jadi, kalau kamu suatu saat menghadiri rapat dengan laporan yang panjangnya melebihi surat cinta, coba deh, perhatikan baik-baik, apakah itu hanya “tong kosong” yang berbunyi keras, atau benar-benar “isi” yang punya substansi. Karena, seberapapun hebatnya suara keras, tetap saja, kalau nggak ada isinya, ya percuma!

(TBR)