Kabaminang.com, Amerika Serikat – Kebakaran hutan dahsyat melanda Los Angeles sejak Selasa, 7 Januari 2025, menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan. Menurut perkiraan awal dari AccuWeather, total kerugian dan dampak ekonomi akibat kebakaran ini mencapai antara $52 miliar hingga $57 miliar. Jika dikonversi ke rupiah, jumlah ini setara dengan sekitar Rp 2.121 triliun hingga Rp 2.327 triliun.
Kebakaran ini telah mengakibatkan setidaknya dua korban jiwa dan menghancurkan ratusan bangunan. Kondisi diperparah oleh angin kencang yang menyulitkan upaya pemadaman api. Jika api terus menyebar ke daerah berpenduduk padat, kerugian diperkirakan akan meningkat lebih lanjut.
Selain itu, J.P. Morgan memperkirakan bahwa kerugian yang ditanggung oleh perusahaan asuransi dapat mencapai sekitar $10 miliar, dengan sebagian besar klaim berasal dari asuransi pemilik rumah.
Sementara itu, CoreLogic mengidentifikasi lebih dari 456.000 rumah di wilayah Los Angeles dan Riverside yang berisiko, dengan nilai rekonstruksi hampir $300 miliar. Namun, tidak semua area ini terdampak oleh kebakaran saat ini.
Read More:
- 1 APBN 2025: Menjaga Stabilitas di Tengah Gejolak Global, Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional
- 2 Presiden Prabowo Subianto Disambut Hangat di Jeddah, Awali Kunjungan Kenegaraan ke Arab Saudi
- 3 Puncak Hari Bhayangkara ke-79 di Monas: Pesta Rakyat dengan Parade, Konser, dan Layanan Gratis
Kebakaran ini menjadi salah satu yang terburuk dalam sejarah California, dengan dampak luas pada komunitas lokal dan infrastruktur. Pemerintah setempat telah mengeluarkan perintah evakuasi bagi ribuan penduduk, dan upaya pemadaman terus dilakukan oleh ribuan petugas pemadam kebakaran yang dikerahkan ke lokasi.
Dampak ekonomi dari kebakaran ini tidak hanya dirasakan oleh individu yang kehilangan rumah dan harta benda, tetapi juga mempengaruhi sektor bisnis, pariwisata, dan layanan publik di wilayah tersebut. Pemerintah federal dan negara bagian diharapkan memberikan bantuan untuk mendukung upaya pemulihan dan rekonstruksi pasca bencana.
Situasi ini menyoroti pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi risiko bencana alam, terutama di wilayah yang rentan terhadap kebakaran hutan. Perubahan iklim dan kondisi cuaca ekstrem semakin meningkatkan frekuensi dan intensitas kebakaran, sehingga diperlukan langkah-langkah proaktif untuk melindungi masyarakat dan aset vital.
((JAVA))