Kabaminang.com – Pojok Opini, Pernahkah kita berpikir tentang kebodohan seperti sebuah selimut nyaman yang membungkus pikiran. Bukan ketidaktahuan yang polos, melainkan penolakan sistematis untuk mengusik zona nyaman intelektual. Ini bukan tentang kurangnya kemampuan, melainkan commitment yang luar biasa untuk tetap tidak peduli.
Bayangkan sebuah ruangan. Gelap. Penuh debu pemikiran yang tak tersentuh. Di sudut ruangan, kemalasan bertengger seperti makhluk parasit yang mengisap energi kesadaran.
Bukan ketidakmampuan untuk memahami, melainkan pilihan sadar untuk tidak mencoba.
Kita mungkin pernah bertemu orang-orang seperti ini. Mereka memiliki kecerdasan yang terpendam, potensi yang terkubur di bawah tumpukan ketidakpedulian.
Mereka lebih memilih menghabiskan waktu dengan rutinitas yang membosankan daripada mengusik status quo pemikiran mereka.
Kebodohan modern bukan tentang kurangnya akses informasi. Kita hidup di zaman di mana pengetahuan ada di ujung jari. Satu ketikan, dan seluruh pengetahuan dunia terbentang. Namun mereka memilih untuk tidak melihat, tidak membaca, tidak mencoba memahami.
Ini adalah pilihan paling sophisticated dari kebodohan.
Bukan ketidakmampuan, melainkan penolakan. Bukan ketidaktahuan, melainkan pengabaian sistematis. Setiap hari mereka membangun tembok pertahanan dari kemalasan intelektual, mencegah cahaya pengetahuan menembus pikiran mereka.
Ada sesuatu yang mengagumkan dalam kebodohan semacam ini. Sebuah komitmen yang luar biasa untuk tetap tidak berkembang.
Mereka adalah seniman sejati dalam seni mengabaikan, maestro dalam melukis kebodohan dengan cat keengganan.
Pikirkan tentang media sosial. Platform yang seharusnya memperluas wawasan, namun diubah menjadi ruang echo chamber kebodohan. Orang-orang tidak lagi mencari kebenaran, mereka mencari konfirmasi atas kebodohan mereka sendiri. Mereka membentuk komunitas kebodohan, saling menguatkan dalam ketidaktahuan.
Ini bukan sekadar ketidaktahuan. Ini adalah seni.
Read More:
- 1 Di Balik Sorotan: Kisah Cinta dan Tragedi Keluarga Diogo Jota yang Mengharukan
- 2 Meninggalkan Zona Nyaman: Langkah Awal Menuju Hidup yang Lebih Bermakna
- 3 Bagaimana Satelit Memperbarui Data Transaksi Antar Bank: Proses, Teknologi, dan Keandalannya
Seni menolak untuk berkembang. Seni mempertahankan keterbatasan. Seni menciptakan zona nyaman yang dibungkus rapat-rapat dengan ketidakpedulian.
Seseorang yang bodoh tidak selalu tidak tahu. Mereka tahu, tetapi memilih untuk tidak peduli. Mereka melihat kesempatan untuk belajar, untuk tumbuh, untuk berubah dan dengan sengaja memilih untuk tidak bergerak.
Ada keberanian tersembunyi dalam kebodohan semacam ini. Keberanian untuk tetap tidak berubah di tengah dunia yang bergerak begitu cepat. Mereka adalah penjaga gerbang kemapanan, penjaga ritual ketidakpedulian.
Tapi ada harga yang harus dibayar.
Setiap momen yang dilewatkan tanpa belajar, setiap kesempatan yang diabaikan, setiap pertanyaan yang tidak dijawab – semuanya menumpuk. Menjadi beban yang tak terlihat, membekukan potensi yang seharusnya dapat berkembang.
Kebodohan bukanlah keadaan, melainkan pilihan.
Pilihan untuk tidak mencoba. Pilihan untuk tidak bertanya. Pilihan untuk tetap berada dalam zona nyaman kebodohan.
Dan dalam keheningan malam, ketika semua orang tidur, mereka akan terbangun. Mungkin suatu hari. Mungkin tidak. Dengan sendirinya mempertanyakan waktu yang telah hilang.
Karena pada akhirnya, kebodohan adalah bentuk perlawanan paling canggih melawan pertumbuhan.
Sebuah manifesto diam-diam dari mereka yang memilih untuk tidak peduli.
((TUBER))